Niiela Kumala (Huurun 'iin)
Senin, 25 Desember 2017
Sabtu, 11 April 2015
Jika Aku Menjadi Pengajar Muda
Mentari
pagi yang cerah menghangatkan setiap insan pencari butiran-butiran ilmu. Doanya
tak pernah berhenti agar Sang Agung menemani langkah-langkahnya mencerdaskan
insan sekitarnya. Siapa yang tidak mengingikan mulia hidup dengan ilmu? Bahkan
angin pun berdecak kagum menatap jihad ikhlasnya meniti hidup menjadi insan
yang bermanfaat. Disinilah tempat yang kuharap kelak aku dapat menggantikan
kemuliaannya. Ia tak pernah mengeluh atas gelegar petir yang membisikkan balasan
jasanya yang tak akan pernah dapat membayar rasa lelahnya. Ialah haruman bunga
yang semerbak wanginya menaburkan benih kecerdasan dan kemuliaan akhlaq pada
insan lainnya.
Inilah mimpi yang tak pernah lupa
hatiku mengucap harapan setiap merindu-Nya diatas sajadah cinta. Harapan
menjadi insan yang cerdas, berakhlaq dan bermanfaat dengan membimbing sekitarku
agar mencintai ilmu-Nya. Maka tak pernah aku berhenti mengejar ketertinggalanku
atas secuil ilmuNya agar kelak saat emban amanah itu diletakkannya diatas
pundakku aku tak akan mudah berputus asa menghadapi kesulitan dalam mencerdaskan
lingkunganku.
Betapa tinggi imajinasiku sebagai
ungkapan doa untuk menjadi seorang pengajar dalam usia belia. Mendirikan sebuah
taman baca dan rumah ilmu untuk anak-anak yang ekonominya tidak mampu menopang
biaya studi mereka, memberi mereka asupan gizi yang lebih baik dalam menu siang
mereka dan memberi mereka motivasi agar mereka selalu bersemangat menyambut
ilmu baru yang kelak sangat penting untuk masa depan mereka, pula menjadikan taman baca dan rumah ilmu itu sebagai naungan
bagi mereka dimana mereka bahagia menghabiskan waktu mereka untuk belajar dan
membaca buku-buku ilmu disana.
Sungguh tenang menatap polos pribadi
mereka yang seluruh harapan mereka masih suci yang tercermin dari senyuman
mereka, bening matanya dan suci harapan mereka. Semua hal itu ialah seperti
tetesan air syurga yang mengalir perlahan dalam hati yang menyejukkan haus
keringnya kerongkonganku. Dengannya aku akan melangkah dengan penuh keyakinan
dan rasa percaya diri untuk mencintai, menyayangi dan membimbing mereka menuju
mulia griya ilmu dunia dan akhirat-Nya. Dan setiap peluh yang menetes, aku
tidak pernah menginginkan keluhan akan keluar dari lisan bahkan bathinku atas
sedikitnya waktu untukku beristirahat demi mencerdaskan mereka yang selalu
datang mencium tanganku untuk menyambut kedatanganku. Karena itulah mata hati dan bathinku
terbuka untuk membawa mereka bersama mimpinya untuk mewujudkan harapan-harapan
mereka dengan kesungguhan bejajar dan kejujuran yang penuh.
Menjadi sang cerdas yang dalam usia
belianya menjadi sosok pengajar yang sabar membimbing murid-muridnya, aku tak
akan lupa akan kewajibanku untuk tidak hanya mendidik kecerdasan akal mereka
saja, namun juga
kecerdasan dan kebijaksanaan emosional mereka, agar mereka menjadi manusia yang cerdas
dan berakhlaq,
karena dunia sudah tidak lagi membutuhkan manusia yang hanya cerdas dalam otak
saja, namun dunia ini
sudah waktunya dipimpin oleh sosok yang cerdas dalam otak bahkan juga dengan
kecerdasan emosional dan spiritual yang dapat menuntun kebijaksanaan untuk
menyelesaikan kerusuhan mereka sehingga mereka dapat menata kekacauan yang kini
terjadi di dunia kita.
Memang jalan yang kita tempuh tak
akan selamanya lurus, akan ada waktu dimana kita akan belok menikuk tajam entah
ke kanan atau ke kiri. Begitu pun seorang pengajar tak jarang akan banyak
hujatan yang berusaha menjatuhkan kita,
namun kita harus yakin jalan benar yang telah kita pilih dan ikhtiar kita untuk
selalu menjunjung tinggi panji ilmu-Nya, maka Allah tak akan segan-segan untuk
membantu memecahkan masalah yang kita hadapi saat ini.
Tetap
berjihad wahai sang pemimpi akan terwujudnya menjadi sosok pengajar muda.
Cerdaskan generasimu, karena merekalah tunas harapan bangsa.
Minggu, 22 Maret 2015
Anta Nurul Qolby
*Jika namamu yang tertulis dilauhul Mahfudz untuk diriku, niscaya rasa cinta itu akan senantiasa tertanam dan dijaga oleh Allah dalam diri kita. Tugasku bukanlah mencari dirimu, bukanlah mengharapkan kau selalu bersamaku, tetapi tugasku adalah berusaha mensolehahkan diriku dan senantiasa memperbaiki diri untuk menjadi mar'atus sholihah dan umi yang baik untuk buah hati kita nantinya.Wahaiseseorang yang tertulis dilauhuhl mahfudzku, suami dan abi bagi anak-anakku, engkau yang kan menemani perjalanan ibadahku nanti, aku percaya engkau sedang memperbaiki dirimu, berusaha untuk mensolihkan diri, memantaskan dirimu untuk menjadi imam bagi tulang rusukmu, dan para mujahid-mujahidahmu kelak..Ilalliqo' ya Habiiby ;)
Senin, 16 Maret 2015
Kamis, 12 Maret 2015
Senin, 02 Maret 2015
Nothing
Sudah berapa kali
matahari menampakkan sinarnya yang cerah dan penuh semangat, sudah berapa kali
bulan dan bintang menghiasi malam disetiap harinya, dan sudah berapa kali kaki
ini berajak untuk berangkat mencari setitik ilmu dijami’ah ini?? Sudah berapa
kali ku tanya?
Apa yang ku dapat, rasanya hanya suatu ruang hampa yang kosong tanpa berisi apapun didalamnya. Seperti itulah aku menggambarkan diriku sendiri. Ilmu apa yang sudah ku peroleh, pengalaman apa yang sudah ku lalui, prestasi apa yang sudah ku capai.. NOL BESAR!
aku bukan aku.. kemana ?? Harus sampai kapan seperti ini? Kapan mengakhiri permainan konyol ini.
sudah banyak uang yang aku habiskan selama ini. Entahlah, apa yang harus aku lakukan, mungkin 1 tahun pertama ini adalah tahun penyesuaian untuk ku, dan selanjutnya semua ini haruslah aku hentikan, aku tidak boleh berada dalam posisi nyaman seperti ini. Semua harus aku akhiri, dan aku akan mengawalinya dengan seorang nila yang aktif. Lebih menantang dunia. Aku tidak akan pasif..
tapi mungkin aku akan melangkah mundur kembali, yaa aku harus mundur, karna mungkin lingkunganku sekarang sangat membuatku tidak nyaman atas diriku sendiri. Merasa bukan layaknya manusia.. bagaimana tidak, aku untuk bisa bertahan didunia sperti itu.. Terlalu kejam, dan mungkin saja.. sudah banyak waktu yang telah aku sia-siakan dulu.. Hingga kini aku pun merasa bingung atas kemampuanku..
Hanya bermodalkan keberanian, tanpa mempunyai pegangan kuat sebelumnya, ibarat rumah yang pondasinya hanya sejungkil-sejungkil rerumpuhan.. Tidak akan kokoh bangunannnya.
Permisalan atas diriku yang belum bisa mempunyai arti..
Apa yang ku dapat, rasanya hanya suatu ruang hampa yang kosong tanpa berisi apapun didalamnya. Seperti itulah aku menggambarkan diriku sendiri. Ilmu apa yang sudah ku peroleh, pengalaman apa yang sudah ku lalui, prestasi apa yang sudah ku capai.. NOL BESAR!
aku bukan aku.. kemana ?? Harus sampai kapan seperti ini? Kapan mengakhiri permainan konyol ini.
sudah banyak uang yang aku habiskan selama ini. Entahlah, apa yang harus aku lakukan, mungkin 1 tahun pertama ini adalah tahun penyesuaian untuk ku, dan selanjutnya semua ini haruslah aku hentikan, aku tidak boleh berada dalam posisi nyaman seperti ini. Semua harus aku akhiri, dan aku akan mengawalinya dengan seorang nila yang aktif. Lebih menantang dunia. Aku tidak akan pasif..
tapi mungkin aku akan melangkah mundur kembali, yaa aku harus mundur, karna mungkin lingkunganku sekarang sangat membuatku tidak nyaman atas diriku sendiri. Merasa bukan layaknya manusia.. bagaimana tidak, aku untuk bisa bertahan didunia sperti itu.. Terlalu kejam, dan mungkin saja.. sudah banyak waktu yang telah aku sia-siakan dulu.. Hingga kini aku pun merasa bingung atas kemampuanku..
Hanya bermodalkan keberanian, tanpa mempunyai pegangan kuat sebelumnya, ibarat rumah yang pondasinya hanya sejungkil-sejungkil rerumpuhan.. Tidak akan kokoh bangunannnya.
Permisalan atas diriku yang belum bisa mempunyai arti..
Selasa, 02 Desember 2014
Jemputlah Bidadarimu dalam naungan kehalalan-Nya
Apa yang
sebenarnya menghalangi seseorang untuk berani mengambil pernikahan? Kenapa
banyak sekali diantara kita yang merasa berat untuk mengambil seorang akhwat
dengan jalan pernikahan? Dengan mendatangi keluarganya dan meminangnya dengan
khitbah yang mulia? Apa yang menyebabkan sebagian dari kita merasa terhalang
langkahnya untuk mempersuting seorang gadis muslimah yang baik-baik sebagai
seorang istri, sementara keinginan ke arah itu sering kali terlontarkan.
Sementara kekhawatiran jatuh kepada maksiat itu sudah mulai menguat.
Sungguh , peminangan
adalah salah satu bentuk mengagungkan Allah. Kita mengagungkan Allah dengan
berusaha menghalalkan karunia kecintaan kepada lawan jenis melalui ikatan
pernikahan yang oleh Allah disebut Mitsaqan Ghaliza (perjanjian yang
berat). Seorang yang menikah, berarti ia telah menyelamatkan setengah dari
agamanya. Bahkan, bagi seorang remaja, menikah berarti telah menyelamatkan dua
pertiga dari agamanya. Dari Abu Hurairah r.a., Rosulullah Saw, bersabda, “Tiga
orang yang akan selalu diberi pertolongan oleh Allah adalah seorang mujahid
yang selalu memperjuangkan agama Allah Swt., seorang penulis yang selalu memberi
penawar, dan seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya.” (HR.
Thabrani)
Subhanallah..
begitu agungnya sebuah pernikahan itu dimata agama. Maka langkah utama untuk
mengantarkan kita pada pernikahan yang penuh barakah adalah luruskan niat dahulu
sebelum mengambil langkah untuk menikah. Semakin baik dan jernih niat kita,
insya-Allah semakin besar barakah yang diberikan Allah kepada kita. Jika anda
menikah agar dapat memejamkan mata dan menjaga kehormatan, atau menyambung
kasih saying, maka Allah akan memberikan keberkahan untuk kita.Mudah-mudahan
Allah senantiasa meluruskan niat kita dalam menempuh urusan pernikahan
seluruhnya. Mudah-mudahan Allah membaguskan hati kita dalam menempuh jalan pernikahan.
Sebagian pernikah menjadi penuh barakah karena niat awal ketika memutuskan
untuk menikah adalah hanya semata ingin mencari Ridho Allah dan menyempurnakan
ibadahnya. Dan sebagian lain ada pula pernikahan yang tidak pernah meraih
barakah karena kesalahan mengucap niat di awal. Untuk itu, luruskan niat dan
baguskan hatimu sebelum engkau memantapkan diri mengambil jalan pernikahan.
Pada dasarnya
semua perasaan saling mencintai dan menyayangi merupakan fitrah manusia yang telah
Allah karuniakan perasaan itu kepada setiap manusia. Namun sudah banyak sekali
orang yang salah mengartikan cinta yang sejatinya. Cinta yang kekal hanyalah
cinta kepada Allah. Namun seringkali kita jumpai dizaman akhir ini, para
muda-mudi yang dengan keberaniannya menampakkan akhlak-akhlak sayyi’ah
dihadapan khalayak umum, berpegang tangan dengan yang bukan mahramnya, bahkan
hal-hal lain yang secara jelas telah dilarang oleh agama. Mereka menganggap,
bahwa apa yang dilakukannya itu merupakan suatu hal yang biasa, suatu hal yang
tidak akan berdosa bila melakukannya, suatu hal yang menurutnya adalah sebuah
kewajaran untuk dilakukan. Naudzubulillah ..
Padahal jelas didalam Al-Qur’an disebutkan : ولا تقرب الزنى
Oleh
karena itu, islam sangat menganjurkan seseorang untuk berani mengambil
pernikahan apabila ia telah mampu. Agar tidak terjadi kerusakan yang lebih
parah di muka bumi ini. Namun, apabila belum mampu untuk menikah, maka
berpuasalah, karna dengan berpuasa kita bisa menjaga izzah dan iffah kita dari
kejahatan nafsu yang menghujam batin dan fikiran kita.
Pernikahan
adalah keagungan yang diberikan Tuhan kepada manusia. Didalamya ada keindahan
dan ketentraman. Didalamnya juga ada rasa cinta kepada kekasih yang menemukan tamannya. Didalamnya juga
terdapat ladang amal sholih. Kalau suami istri itu adalah ahli ibadah,
insya-Allah mereka dapat saling membantu dalam meningkatkan ketaqwaan. Kalu seorang
istri sudah menjadikan sholat malam sebagai penghias hidupnya, sedangkan suami
masih belum terbiasa, maka istri dapat membiasakan suaminya untuk mulai
menegakkan sholat malam. Begitupun pula sebalaiknya. Allah Swt berfirman :
الخبيثت للخبيثين والخبثون للخبيثات واللطيبات
للطيبين والطيبون للطيبات أولئك مبرءون مما يقولون لهم مغفرة ورزق كريم
“Dan
perempuan-perempuan yang keji adalah diperuntukkan bagi laki-laki yang keji,
dan laki-laki yang keji juga diperuntukkan bagi perempuan yang keji, sedangkan
perempuan yang baik diperuntukkan bagi laki-laki yang baik dan laki-laki yang
baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yang baik…” (Qs. An-Nur:26)
Islam
memandang pernikahan sebagai kemuliaan yang sangat tinggi derajatnya. Allah menyebut
ikatan pernikahan sebagai mitsaqan-ghalizha (perjanjian yang sangat berat). Hanya
tiga kali istilah ini disebutkan dalm Al-Qur’an, dua lainnya berkenaan dengan
tauhid. Sedangkan tauhid adalah inti agama. Maka pernikahan yang diridhai Allah
akan dipenuhi oleh doa malaikat yang menjadi saksi pernikahan.
Ketika
akad nikah terjadi, halal apa-apa yang sebelumnya diharamkan. Apa yang
sebelumnya diharamkan. Apa yang sebelumnya merupakan maksiat dan bahkan dosa
besar, sejak saat itu telah menjadi kemuliaan, kehormatan dan besar sekali
pahala disisi Allah. Pernikahan telah mengubah pintu-pintu dosa dan kekejian
menjadi jalan kemuliaan dan kesempurnaan manusia dalam beragama. Allah
menyempurnakan setengah agama ketika seseorang melakukan pernikahan.
Namun
demikian, sebelum akad terlaksana. Selama proses inilah setan berusaha
memanfaatkan momentumnya untuk menggoda dan merusak manusia, sehingga
pernikahan bergeser jauh dari makna dan tujuannya. Lantas proses pernikahan
manakah yang terbaik? Yang terbaik adalah yang paling maslahat dan barakah,
serta jauh dari mafsadah (kerusakan) dan bibit-bibit kekecewaan yang menjauhkan
seseorang dari rasa syukur. Proses pernikahan yang mendatangkan maslahat dan
barakah bisa jadi berlangsung dengan mudah, bisa pula melalui jalan yang pelik.
Allah Maha Tahu apa yang paling maslahat bagi ummatnya. Ketika hujan lebat
sedang turun, dan petir menggelegar sambut-menyambut, kalau kita tidak
berhati-hati, kita bisa saja tersambar oleh petir tersebut. Namun kalau kita
menjaga diri, istiqamah, dan tawakkal, insya-Allah anda akan mendapati hujan
sebagai penyucian bumi hati kita. Sedang petir membawa muatan listrik yang
menerangi.
Menikah
memang salah satu perkara yang perlu disegerakan. Begitu islam mengajarkannya. Menyegerakan
bagi laki-laki yang telah mencapai ba’ah adalah dengan segera meminang wanita
baik-baik yang ia mantap dengannya. Ia mendatangi orangtua wanita tersebut
dengan menjaga adab sambil membersihkan niat, namun setan tetap berusaha
untuk merebut masa sebelum pernikahan ini, masa yang sangat rawan. Masa ini
bisa menyesatkan manusia jika ia tidak berhati-hati. Dengan demikian boleh jadi
ia mendapati pernikahannya kelak tidak sebagaimana harapannya, meskipun
barangkali pasangan hidupnya sudah berperilaku sesuai dengan tuntunan islam dan
bahkan melakukan kebajikan-kebajikan dalam rumah tangga. Naudzubillah min
dzalik. Semoga Allah menjaukan kita dari hal-hal yang demikian. Maka ada dua
hal yang perlu kita jaga sejak berangka meminang sampai dengan pelaksanaan
akad-nikah. Pertama, menyangkut persangkaan kita kepada Allah. Ini yang paling
rawan. Kedua, persangkaan dan presepsi kita terhadap pernikahan dan calon
pasangan hidup kita. Kita seringkali tidak bisa membedakan apakah kita
melakukan sesuatu karena persangkaan kita yang baik kepada Allah ataukan justru
karena persangkaan kita yang kurang tepat kepada-Nya.
Nikah
adalah satu diantara tida perkara sunnah untuk disegerakan. Allah akan
melimpahkan ridha-Nya kepada orang yang menyegerakan nikah dan Allah juga akan
memberikan perlindungan kelak di yaumil hisab. Sebab, sesungguhnya perbuatan
menyegerakan nikah merupakan perkara yang disunnahkan oleh Rosulullah. Dan setiap
perkara yang disunnahkan, adalah tindakan yang diridhai oleh Allah. Menikah hamper
menyamai kemuliaan agama. Perjanjian nikah disebut mitsaqan-ghaliza. Pernikahan
merupakan bukti kekuasaaan Allah yang Maha Mulia. Ia menciptakan kasih sayang dan
kerinduan. Ia memberikan ketentraman yang tidak pernah bisa dirasakan oleh
orang yang belum menikah. Rumah bagi mereka yang menikah adalah tempat yang
menyejukkan. Pernikahan yang barakah akan menumbuhkan al’athifah (jalinan
perasaan) yang demikian. Dalam pernikahan yang barakah, insya-Allah akan tumbuh
sakinah. Perasaan ini bukan sejenis luap-luapan sesaat, sehingga semakin kering
ketika pernikahan sudah dimakan usia. Lalu bagaimanakah keluarga yang sakinah
itu? Allahua’lam bishawab. Hadis berikut mudah-mudahan dapat memahamkan kita
sebagian diantara tanda-tandanya.
“Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki adalah istri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayangg dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu, kendaraan yang baik yang mengantar ke mana kamu pergi, dan rumah yang damai yang penuh kasih sayang.”
“Akan lebih sempurna ketaqwaan seorang mukmin, jika ia mempunyai seorang istri shalihah, jika diperintah suaminya ia patuh, jika dipandang membuat suaminya merasa senang, jika suaminya bersumpah membuatnya merasa adil, jika suaminya pergi ia akan menjaga diri dan harta suaminya.”
“Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki adalah istri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayangg dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu, kendaraan yang baik yang mengantar ke mana kamu pergi, dan rumah yang damai yang penuh kasih sayang.”
“Akan lebih sempurna ketaqwaan seorang mukmin, jika ia mempunyai seorang istri shalihah, jika diperintah suaminya ia patuh, jika dipandang membuat suaminya merasa senang, jika suaminya bersumpah membuatnya merasa adil, jika suaminya pergi ia akan menjaga diri dan harta suaminya.”
Langganan:
Postingan (Atom)